CINTA
TAK TERSAMPAIKAN
judul
Buku : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang
: HAMKA
Penerbit
: Bulan Bintang
Kota
Terbit : Jakarta
Tahun
Terbit : 2009
Cetakan
: ke-32, Mei 2009
Tebal
Buku : X+226 halaman
Peresensi
: Arif Triyono dan Rofik Gunawan
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menggunakan alur campuran. Cerita ini
dimulai dari seorang anak laki-laki bernama Zaenudin yang kehidupannya sengsara
sejak kecil. Zaenudin hidup bersama ibu angkatnya karena orang tuanya telah
mati. Ketika dia telah dewasa dia datang ke rumah neneknya di Batipuh tetapi
beliau mengusirnya, kemudian Zaenudin tinggal di rumah adat Minangkabau. Sore
hari saat hujan lebat, Zaenudin berkenalan dengan gadis cantik yang bernama
Hayati. Beberapa hari kemudian, mereka saling menyatakan cinta. Saat mereka
berdua sedang merasakan indahnya cinta seorang remaja, keluarga hayati tidak
merestui hubungan mereka dan mengusir Zaenudin. Zaenudin akhirnya pergi dan
tinggal di Padang Panjang. Belum lama di Padang Panjang, dia mendapat surat
bahwa ibu angkatnya sudah mati. Tidak lama setelah itu, Zaenudin meminang
Hayati, tetapi Hayati sudah dipinang oleh orang lain dan akan segera menikah.
Setelah pernikahan Hayati selesai, Zaenudin sakit karena memikirkannya.
Setelah pulih dari sakitnya dia melangkah pergi dari Padang Panjang menuju
Jakarta ditemani sahabatnya bernama Muluk. Di Jakarta, dia menjadi seorang
penyair dan penulis hikayat yang terkenal. Dia pergi dari Jakarta menuju
Surabaya untuk menjadi seorang penyair yang lebih terkenal. Di kota itu pula
Zaenudin bertemu dengan Hayati, saat keadaan suami Hayati yang sudah jatuh
miskin, akhirnya mereka tinggal bersama Zaenudin dan Muluk. Karena jatuh
miskin, suami Hayati mencari pekerjaan. Tetapi dia bunuh diri di hotel yang
ditempatinya.
Selang beberapa bulan, Hayati pulang ke tempat asalnya dengan menggunakan kapal
Van Der Wijck, diantar oleh Muluk sampai pelabuhan. Saat dalam perjalanan
menuju ke kampung Batipuh, kapal Van Der Wijck yang di tumpangi Hayati
tenggelam. Lalu bagaimana dengan nasib Hayati, apakah dia selamat?. Mampukah
Zaenudin bertemu dengan Hayati kembali?.
Dalam novel ini, pengarang menggunakan bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh
sastra lama, sehingga untuk membaca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
dibutuhkan konsentrasi dan pemahaman serta perlu diulang-ulang agar kita bisa
memahami jalan ceritanya. Pengarang juga Menggunakan sudut pandang
orang ke tiga, yang ditulis dengan begitu menyentuh hati, sehingga pembaca ikut
merasakan apa yang dialami para tokohnya, apabila kita sudah bisa memahami
jalan ceritanya. Novel ini pantas dibaca oleh semua
kalangan karena di dalamnya mengandung banyak perjuangan hidup.