Rabu, 19 September 2012

Resensi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck



CINTA TAK TERSAMPAIKAN


judul Buku      : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang       : HAMKA
Penerbit           : Bulan Bintang
Kota Terbit      : Jakarta
Tahun Terbit    : 2009
Cetakan           : ke-32, Mei 2009
Tebal Buku      : X+226 halaman
Peresensi         : Arif Triyono dan Rofik Gunawan



            Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menggunakan alur campuran. Cerita ini dimulai dari seorang anak laki-laki bernama Zaenudin yang kehidupannya sengsara sejak kecil. Zaenudin hidup bersama ibu angkatnya karena orang tuanya telah mati. Ketika dia telah dewasa dia datang ke rumah neneknya di Batipuh tetapi beliau mengusirnya, kemudian Zaenudin tinggal di rumah adat Minangkabau. Sore hari saat hujan lebat, Zaenudin berkenalan dengan gadis cantik yang bernama Hayati. Beberapa hari kemudian, mereka saling menyatakan cinta. Saat mereka berdua sedang merasakan indahnya cinta seorang remaja, keluarga hayati tidak merestui hubungan mereka dan mengusir Zaenudin. Zaenudin akhirnya pergi dan tinggal di Padang Panjang. Belum lama di Padang Panjang, dia mendapat surat bahwa ibu angkatnya sudah mati. Tidak lama setelah itu, Zaenudin meminang Hayati, tetapi Hayati sudah dipinang oleh orang lain dan akan segera menikah. Setelah pernikahan Hayati selesai, Zaenudin sakit karena memikirkannya.
            Setelah pulih dari sakitnya dia melangkah pergi dari Padang Panjang menuju Jakarta ditemani sahabatnya bernama Muluk. Di Jakarta, dia menjadi seorang penyair dan penulis hikayat yang terkenal. Dia pergi dari Jakarta menuju Surabaya untuk menjadi seorang penyair yang lebih terkenal. Di kota itu pula Zaenudin bertemu dengan Hayati, saat keadaan suami Hayati yang sudah jatuh miskin, akhirnya mereka tinggal bersama Zaenudin dan Muluk. Karena jatuh miskin, suami Hayati mencari pekerjaan. Tetapi dia bunuh diri di hotel yang ditempatinya.
            Selang beberapa bulan, Hayati pulang ke tempat asalnya dengan menggunakan kapal Van Der Wijck, diantar oleh Muluk sampai pelabuhan. Saat dalam perjalanan menuju ke kampung Batipuh, kapal Van Der Wijck yang di tumpangi Hayati tenggelam. Lalu bagaimana dengan nasib Hayati, apakah dia selamat?. Mampukah Zaenudin bertemu dengan Hayati kembali?.
            Dalam novel ini, pengarang menggunakan bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh sastra lama, sehingga untuk membaca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dibutuhkan konsentrasi dan pemahaman serta perlu diulang-ulang agar kita bisa memahami jalan ceritanya. Pengarang juga   Menggunakan sudut pandang orang ke tiga, yang ditulis dengan begitu menyentuh hati, sehingga pembaca ikut merasakan apa yang dialami para tokohnya, apabila kita sudah bisa memahami jalan ceritanya. Novel ini pantas dibaca oleh semua kalangan karena di dalamnya mengandung banyak perjuangan hidup.






           

Pages